Langsung ke konten utama

Cucu Durhaka, Contoh Tidak Baik Di Masyarakat

Cucu Durhaka, Contoh Tidak Baik Di Masyarakat - Dunia semakin kejam, itulah yang pertama kali aku pikirkan setelah menemukan foto postingan yang aku cantumkan dibawah ini. Entah siapa yang mengambil dan mengunggah foto ini, ia bercerita bahwa ia melihat seorang bocah bersama dengan neneknya sedang naik angkutan umum. Singkat cerita ketika mas-mas kenek nagih ongkos, si bocah ini hanya membayar untuk dirinya sendiri.

Foto cucu durhaka
Walhasil si nenek pun kebingungan. Tapi yang menyebalkan adalah sikap dari si bocah ini yang seakan.. Gak punya hati.. dengan berkata pada neneknya :
"Bawa duit gak? Nyusahin.."
Setelah itu mending kek ya kalo langsung dibayarin, ternyata nggak. Sampai-sampai menurut keterangan yang ada di foto ini, si nenek itu akhirnya dibayari oleh mbak-mbak disebelah nenek itu duduk. Dan kemudian si bocah dengan santai dan sedikit muka manyun mengambil hape dan bermain-main dengan hapenya.

Oke, sebenernya aku gak kepengen nge-bully ini anak, tapi ini keterlaluan! Aku gak tau kenyataannya gimana, apakah memang bocah ini merupakan cucu dari si nenek atau anak tetangga yang nyebelin yang harus mengantar si nenek ke suatu tempat. Aku juga gak tau apakah apa yang diceritakan itu benar-benar terjadi atau nggak. Yang pasti ini contoh yang sangat tidak baik di masyarakat. Berdasarkan apa yang aku lihat, memang belakangan ini "kemunduran sikap bersosial" memang tengah terjadi.

Dan sudah pasti, sikap bocah ini mencerminkan bahwa ia kurang mendapatkan pendidikan moral yang baik dari orang-orang disekitarnya. Iya, anak kecil apalagi yang seumuran bocah ini memang cenderung mudah meniru apa yang mereka alami, apa yang mereka dengar dan apa yang mereka lihat. Dan disini, peran orang tua sangatlah penting jika tidak ingin anaknya bersikap seperti itu terhadap orang lain. Tapi pendidikan dari orangtua bukan hanya sebatas memberitahu "kamu gak boleh begini, kamu gak boleh begitu", tetapi juga turut memberikan contoh yang baik bagi mereka. Iya, contoh yang baik.

Seperti yang aku bilang diatas, anak seumuran itu biasanya sangat mudah mencontoh apa yang dilihatnya. Maka sebagai orang tua, kita patut memberikan contoh yang baik sebagai panutan mereka. Pernah denger pepatah yang mengatakan bahwa "buah jatuh tak jauh dari pohonnya"? Gimana anaknya mau baik kalo orangtuanya gak baik? Gimana anaknya mau jujur kalo orangtuanya mengajarinya berbohong? Itu contoh sederhananya.


Bukan hanya itu saja, apa yang mereka lihat dalam hal tontonan pun bisa mereka jadikan contoh dalam bersikap, dalam hal ini adalah tayangan di televisi. Anak-anak kecil jaman sekarang disajikan dengan acara-acara gak mutu yang membuat hidup mereka pun gak bermutu karena mereka mencontoh apa yang tidak bermutu. Sinetron yang menampilkan cinta-cintaan, drama-drama yang tidak jelas dan tidak membawa manfaat adalah tersangka utamanya. Apakah itu pantas jadi bahan tontonan untuk anak kecil? Sedangkan kartun-kartun yang seharusnya jadi tontonan untuk anak-anak malah dikurangi satu persatu dan dianggap tidak layak.

Dan disinilah para orang tua harus berperan. Mencegah anak kecil menonton acara yang memberi contoh buruk akan mengurangi resiko anak untuk meniru hal yang buruk. Dan rasa-rasanya memang sangat perlu bagi orang tua untuk tidak memberikan gadget (smartphone) jika anak masih usia labil (sebelum SMP). Karena dari apa yang aku lihat, kepribadian anak itu terbentuk atau terpengaruh dari beberapa hal :
  • 20% sikap orang tua yang ditiru
  • 20% meniru hal yang mereka lihat
  • 40% terpengaruh oleh pergaulan
  • 20% kesadaran mereka sendiri
Seperti yang kita tau bahwa smartphone adalah alat yang dapat "mendekatkan yang jauh, menjauhkan yang dekat" dan ini sangat berbahaya bagi anak labil. Pengaruh komunikasi dalam pergaulan sudah bergeser kesini, dan ini akan mempercepat perubahan sikap anak karena mereka dapat berkomunikasi secara bebas dengan lingkaran pergaulan mereka melalui smartphone. Gapapa sih anak kita dianggap jadul, kurang update atau kurang gaul, daripada mereka terkena pengaruh buruk dari pergaulan yang super bebas seperti sekarang ini.

Dan lagi, "cucu durhaka" yang ada di awal postingan ini menurutku adalah contoh buruk dari kombinasi dari segala keburukan yang bisa diterima oleh anak sehingga "menghasilkan" sikap yang membuat orang lain ingin menimpuknya dengan sendal. Dan jika kamu yang membaca postingan ini adalah anak yang seumuran dengan bocah diatas, mimin ingin berpesan :

Coba kamu bayangin gimana kalo misalnya nenek itu adalah kamu, gimana perasaanmu? Apa enak digituin sama orang lain? Apa seneng digituin sama cucu sendiri?

Jangan bilang "ah aku kan masih muda, jauh dari umur nenek itu" karena suatu saat kamu pasti akan tua juga, itupun kalo kamunya gak mati duluan masih diberi umur panjang sampai bisa merasakan jadi nenek-nenek. Jangan mencubit kalo gak mau dicubit, jangan menghina kalo gak mau di hina. Maka jagalah sikapmu terhadap orang lain, perlakukan orang lain seperti kamu ingin diperlakukan. Kurang paham? Silahkan baca lagi sampe ngerti yaa..

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Oh, Ternyata Ini Efek Kalau Kita Utak Atik ISO, Aperture & Shutter Speed di Kamera!

Oh, Ternyata Ini Efek Kalau Kita Utak Atik ISO, Aperture & Shutter Speed di Kamera! - Aku baru aja menyelesaikan dan meng-upload video yang membahas soal dasar-dasar fotografi, khususnya tentang ISO, shutter speed dan juga aperture. Sebenarnya sih aku tuh belum jago ya soal fotografi, dan pengalamanku pun belum banyak. Tapi karena permintaan dari temen-temen di instagram ku (@masbocah), maka aku putuskan untuk membuatkannya, supaya nanti aku bisa langsung menunjukkan video tersebut kalau ada orang yang bertanya. Karena selama ini tuh aku agak kesulitan ketika harus menjawab pertanyaan seputar fotografi tersebut. Bukan sulit gimana, tapi lebih ke sulit untuk ngasih pemahaman dan contohnya. Sehingga obrolan di DM bisa amat panjang hanya untuk menjawab satu pertanyaan. Nah buat kamu yang juga lagi pengen belajar atau memperdalam ilmu fotografi, langsung cek video ku aja yaa! Jangan lupa di like dan subscribe juga dong! Hehehe :D

Kenapa Orang Suka Membully?

Kenapa Orang Suka Membully? - Sekarang ini kita hidup pada era dimana kebanyakan masyarakat seakan "hobby" untuk membully. Satu kesalahan kecil dari seseorang bisa menjadi bahan olok-olok bagi orang lainnya. Bahkan tidak jarang cacian dan makian yang seharusnya tidak perlu pun dilontarkan pada orang yang bersangkutan. Social media adalah tempat yang paling sering digunakan untuk membully sesama. Berdasarkan apa yang mimin lihat, sifat "anonimus" dari social media ini membuat orang yang menggunakannya merasa "aman" untuk melontarkan segala opini secara bebas hingga nilai dari opini tersebut bukanlah lagi bisa dianggap sebagai sebuah opini melainkan lebih ke arah menghakimi. Toh gak ada yang tau sebenernya aku ini siapa. Toh gak ada yang kenal aku di dunia nyata. Toh gak ada yang tau keberadaanku sekarang. Sayangnya semakin banyak orang yang melakukan bullying di social media karena sebagian dari mereka merasa bahwa itu mengasyikkan dan ada kepuasa...

Makin Banyak Aja Hape Dengan Layar Rasio 18:9

Makin Banyak Aja Hape Dengan Layar Rasio 18:9 - Sejak Samsung dan LG mulai memperkenalkan smartphone dengan layar rasio 18:9, saat ini semakin banyak saja vendor smartphone lain yang coba mengikuti trend tersebut. Sebut saja Vivo, HTC, dan yang terbaru adalah ASUS. Lucunya, dari beberapa brand yang mengikuti trend layar panajang itu, ada yang "ngaku-ngaku bezel less" hanya karena mereka pasang layar memanjang seperti itu. Padahal kenyataannya, dagu sama jidatnya masih panjang tuh :)) Tapi yauda lah ya, namanya juga usaha membuat kesan yang demikian :)) Agak heran juga sih, kenapa nggak dibikin rasio 2:1 aja? Daripada 18:9. Toh kan sama aja? Dan kalo dibikin 2:1 kan jadi lebih sederhana gitu? Lebih lanjut, menurutku sih yaa rasio layar segitu tuh kepanjangan yaa. Dan jujur aja, aku nggak terlalu suka sama smartphone yang beneran bezel less karena pasti megang nya bakal ribet. Salah pegang, eh layar kepencet. Yakan malessssss.. Dah sekian dan terima kasih..